Nomor kontak:0755-27206851

Beranda> Berita Industri> “Lima Hal Menganggur” dalam Rumah Tangga Tiongkok: Pemikiran tentang Perubahan Konsep Konsumsi

“Lima Hal Menganggur” dalam Rumah Tangga Tiongkok: Pemikiran tentang Perubahan Konsep Konsumsi


한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

Ketika banyak keluarga membeli barang-barang ini, mereka sering kali dipengaruhi oleh berbagai aktivitas periklanan dan promosi serta melakukan pemesanan impulsif. Misalnya, ketika Anda melihat bak mandi hangat dan nyaman di sebuah iklan, Anda membayangkan diri Anda menikmati mandi santai di rumah, namun frekuensi penggunaannya sebenarnya sangat rendah. Begitu pula dengan sofa. Demi keindahan dan kenyamanan, dibelilah model yang terlalu besar atau tidak praktis dan akhirnya memakan banyak ruang.

Munculnya fenomena konsumsi ini erat kaitannya dengan pesatnya perkembangan e-commerce. Platform e-niaga menyediakan saluran belanja yang nyaman, memungkinkan konsumen menelusuri banyak produk dengan mudah, namun pada saat yang sama, platform tersebut juga dapat dengan mudah mengarah pada konsumsi buta. Saat masyarakat berbelanja online, seringkali mereka hanya melihat kelebihan dan gambar cantik dari produknya, namun mengabaikan kebutuhan sebenarnya dan keterbatasan ruangan di rumah.

Selain itu, sebagian konsumen memiliki mentalitas “menimbun”. Dalam aktivitas promosi platform e-niaga, untuk menikmati harga istimewa, sejumlah besar barang yang sementara tidak diperlukan dibeli, termasuk beberapa barang yang mungkin tidak digunakan. Misalnya, mesin pencuci piring, proyektor, dll. dapat dibeli di rumah hanya karena promosi yang kuat, namun permintaan penggunaan sebenarnya tidak mendesak.

Untuk mengubah situasi ini, konsumen perlu menetapkan konsep konsumsi yang lebih rasional. Sebelum membeli suatu barang, pertimbangkan sepenuhnya kebutuhan Anda yang sebenarnya, luas rumah, dan seberapa sering barang tersebut akan digunakan. Di saat yang sama, kita juga harus belajar menahan godaan berbagai kegiatan promosi dan tidak mengikuti tren pembelian begitu saja.

Pedagang dan platform e-commerce juga harus memikul tanggung jawab sosial tertentu. Dalam melakukan promosi produk, perlu memberikan informasi yang benar dan komprehensif serta menghindari melebih-lebihkan keunggulan dan fungsi produk serta menyesatkan konsumen. Selain itu, platform e-niaga dapat menggunakan analisis data besar dan sarana teknis lainnya untuk memberikan rekomendasi yang lebih personal kepada konsumen dan mengurangi konsumsi yang tidak perlu.

Singkatnya, kemunculan fenomena "lima kemalasan utama" dalam rumah tangga di Tiongkok telah memberikan peringatan bagi kita. Kita perlu merenungkan secara serius perilaku konsumsi kita, menetapkan konsep konsumsi yang benar, dan menjadikan setiap konsumsi lebih rasional dan bernilai.