nomor kontak:0755-27206851

beranda> berita industri> jebakan “bekerja” di luar negeri: pekerjaan yang direkomendasikan sekolah membawa resiko hukum

jebakan “bekerja” di luar negeri: sekolah merekomendasikan pekerjaan yang berisiko hukum


한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

dalam kasus tersebut, pihak sekolah merekomendasikan pekerjaan yang “legal” bagi lulusannya, namun kenyataannya, pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan undang-undang dan peraturan dalam negeri, yang pada akhirnya menyebabkan siswanya terlibat dalam kejahatan ilegal. karena sifat pekerjaan rujukan yang tidak jelas, siswa secara keliru percaya bahwa ini adalah cara yang sah, namun kenyataannya sangat berbeda. ketika siswa digiring melakukan tindakan kriminal, perilaku anjuran sekolah tidak hanya membawa dampak negatif, namun juga menimbulkan bahaya tersembunyi dari segi akibat hukum dan tanggung jawab sosial.

dari sudut pandang hukum, dalam proses merekomendasikan pekerjaan, jika sekolah dengan sengaja merekomendasikan pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan ilegal, sekolah tersebut dapat menanggung tanggung jawab hukum yang sesuai. meskipun sekolah tidak secara langsung berpartisipasi atau mengendalikan kegiatan kriminal siswa, sekolah dapat dianggap bertanggung jawab secara pidana sesuai dengan ketentuan hukum pidana yang relevan. namun, sekolah juga dapat dimintai pertanggungjawaban secara perdata atas kerugian yang diderita siswanya tanpa sepengetahuan mereka. ketika menilai tanggung jawab, faktor-faktor seperti sifat pekerjaan rujukan, tingkat kerugian yang diderita siswa akibat rujukan, dan apakah ada kontrak antara sekolah dan siswa harus dipertimbangkan.

pakar hukum he xiaodong berpendapat bahwa sekolah tidak boleh dianggap bertanggung jawab secara pidana jika mereka tidak terlibat langsung atau mengendalikan aktivitas kriminal siswa. namun, sekolah tetap diwajibkan untuk memberikan kompensasi kepada siswa atas kerugian yang diderita akibat rujukan dan bersiap untuk membayar kompensasi berdasarkan hukum perdata.

kasus ini menyoroti standar etika yang harus diikuti oleh lembaga pendidikan ketika merekomendasikan pekerjaan, serta tanggung jawab mereka terhadap keselamatan dan kesejahteraan siswanya. di masa depan, sekolah harus memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada siswa yang sesuai dengan latar belakang akademis dan ambisi mereka, serta menetapkan kebijakan rekomendasi pekerjaan yang jelas untuk memastikan bahwa siswa memahami hak dan tanggung jawab mereka sebelum membuat rekomendasi pekerjaan apa pun.

untuk menghindari kejadian serupa terulang kembali, lembaga pendidikan perlu memperkuat peraturan internal, mempelajari undang-undang dan peraturan terkait secara tepat waktu, dan membangun saluran komunikasi yang baik dengan siswa melalui pertukaran informasi yang terbuka dan transparan untuk memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang benar ketika memilih pekerjaan, sehingga terhindar dari kasus serupa.